Nah,yang kali ini saya mau bahas adalah salah satu tradisi kabupaten Majalengka khususnya di kecamatan Talaga..mari kita simak tradisi nya..
Tradisi Nyiramkeun merupakan sebuah tradisi yang berada di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Tradisi Nyiramkeun merupakan tradisi berupa mencucikan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga. Kata Nyiramkeun berasal dari kata Sunda yaitu Siram. Tradisi ini berguna untuk melestarikan benda-benda penginggalan kerajaan Talaga tersebut. Tradisi Nyiramkeun dilaksanakan secara turun temurun oleh yayasan Talaga Manggung yang merupakan keluarga keturunan Kerajaan Talaga Manggung pada hari senin pada tanggal belasan Bulan Safar.
Benda-benda yang dicuci dalam upacara ini adalah patung simbarkencana, patung raden panglurah, genta, uang koin, gamelan, senjata keris, golok dan pedang, meriam, senjata, dan baju zirah (perang).
Air untuk penyucian benda-benda pusaka tersebut berasal dari 7 sumber mata air (Ci Nyusu) yang diambil oleh kuncen menggunakan tempat penyimpanan yang berasal dari bambu kuning. Ketujuh sumber mata air (Ci Nyusu) tersebut adalah :
- Mata air Gunung Bitung.
- Mata Air Situ Sangiang.
- Mata Air Wanaperih.
- Mata Air Lemah Abang.
- Mata Air Ciburuy.
- Mata Air Regasari.
- Mata Air Cikiray.
Acara Nyiramkeun Museum Talaga Manggung biasanya dimulai dengan adanya acara Kirab Pusaka. Setelah itu benda-benda pusaka di simpan dipanggung-panggung terpisah. Misalnya Patung Simbarkencana dan Patung Raden Panglurah dipisahkan tepat pencuciannya dari benda-benda lainnya seperti gamelan atau meriam. Kedua patung tersebut sangat diistimewakan. Sebelum masuk ke acara Nyiramkeun, biasanya dibacakan naskah tentang perjalanan sejarah Kerajaan Talaga, dari awal pendirian hingga menjadi Kabupaten Talaga sebelum akhirnya di gabung bersama Kabupaten Sindangkasih dan Kabupaten Rajagaluh menjadi Kabupaten Maja pada tahun 1819 (Nama Kabupaten Maja berubah menjadi Kabupaten Majalengka pada tahun 1840).
Setelah pembagian tempat tersebut lalu disimpan sebuah kendi untuk kemudian diisi oleh air yang berasal dari 7 mata air tersebut dan kemudian dicampurkan oleh kembang setaman. Air yang diisi dari campuran ke 7 mata air tersebut kemudian campurkan dengan air lainnya yang sudah disediakan di setiap panggung. Setelah itu kemudian dilakukan prosesi Nyiramkeun disetiap panggung. Untuk pencucian patung Simabarkencana dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan patung Raden Panglurah oleh kaum pria, sedangkan benda-benda lainnya dilakukan oleh keluarga keturunan Kerajaan Talaga lainnya. Mereka yang bertugas untuk mencucikan benda-benda pusaka ini, untuk kaum pria mengunakan baju kampret hitam dan ikat kepala, sedangkan untuk kaum wanita menggunakan kebaya. Air hasil pencucian benda-benda pusaka biasanya diperebutkan oleh warga yang menyaksikan tradisi Nyiramkeun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar