Kamis, 12 September 2013

Tradisi di Kabupaten Majalengka

Tradisi adalah Tradisi kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
Nah,yang kali ini saya mau bahas adalah salah satu tradisi kabupaten Majalengka khususnya  di kecamatan Talaga..mari kita simak tradisi nya..
Tradisi Nyiramkeun merupakan sebuah tradisi yang berada di Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Tradisi Nyiramkeun merupakan tradisi berupa mencucikan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga. Kata Nyiramkeun berasal dari kata Sunda yaitu Siram. Tradisi ini berguna untuk melestarikan benda-benda penginggalan kerajaan Talaga tersebut. Tradisi Nyiramkeun dilaksanakan secara turun temurun oleh yayasan Talaga Manggung yang merupakan keluarga keturunan Kerajaan Talaga Manggung pada hari senin pada tanggal belasan Bulan Safar.
Benda-benda yang dicuci dalam upacara ini adalah patung simbarkencana, patung raden panglurah, genta, uang koin, gamelan, senjata keris, golok dan pedang, meriam, senjata, dan baju zirah (perang).
Gamelan pusaka yang akan dicuci.
Gamelan pusaka yang akan dicuci.
Senjata dan Meriam Pusaka yang akan dicucikan,
Senjata dan Meriam Pusaka yang akan dicucikan,
Air untuk penyucian benda-benda pusaka tersebut berasal dari 7 sumber mata air (Ci Nyusu) yang diambil oleh kuncen menggunakan tempat penyimpanan yang berasal dari bambu kuning. Ketujuh sumber mata air (Ci Nyusu) tersebut adalah :
  1. Mata air Gunung Bitung.
  2. Mata Air Situ Sangiang.
  3. Mata Air Wanaperih.
  4. Mata Air Lemah Abang.
  5. Mata Air Ciburuy.
  6. Mata Air Regasari.
  7. Mata Air Cikiray.
Pengisian kendi dari air yang berasal dari Gunung Bitung
Pengisian kendi dari air yang berasal dari Gunung Bitung
Pengisian kendi dari sumber mata air Situ Sangiang
Pengisian kendi dari sumber mata air Situ Sangiang
Ketujuh mata air tersebut terletak di wilayah Talaga dan sekitarnya. Mata air tersebut berada di tempat-tempat yang ada kaitannya dengan sejarah Kerajaan Talaga.
Acara Nyiramkeun Museum Talaga Manggung biasanya dimulai dengan adanya acara Kirab Pusaka. Setelah itu benda-benda pusaka di simpan dipanggung-panggung terpisah. Misalnya Patung Simbarkencana dan Patung Raden Panglurah dipisahkan tepat pencuciannya dari benda-benda lainnya seperti gamelan atau meriam. Kedua patung tersebut sangat diistimewakan. Sebelum masuk ke acara Nyiramkeun, biasanya dibacakan naskah tentang perjalanan sejarah Kerajaan Talaga, dari awal pendirian hingga menjadi Kabupaten Talaga sebelum akhirnya di gabung bersama Kabupaten Sindangkasih dan Kabupaten Rajagaluh menjadi Kabupaten Maja pada tahun 1819 (Nama Kabupaten Maja berubah menjadi Kabupaten Majalengka pada tahun 1840).
Patung Raden Panglurah
Patung Raden Panglurah
Patung Ratu Simbarkecana yang sedang dicui oleh air dari 7 mata air dan kembang setaman
Patung Ratu Simbarkecana yang sedang dicui oleh air dari 7 mata air dan kembang setaman
Setelah pembagian tempat tersebut lalu disimpan sebuah kendi untuk kemudian diisi oleh air yang berasal dari 7 mata air tersebut dan kemudian dicampurkan oleh kembang setaman. Air yang diisi dari campuran ke 7 mata air tersebut kemudian campurkan dengan air lainnya yang sudah disediakan di setiap panggung. Setelah itu kemudian dilakukan prosesi Nyiramkeun disetiap panggung. Untuk pencucian patung Simabarkencana dilakukan oleh kaum wanita, sedangkan patung Raden Panglurah oleh kaum pria, sedangkan benda-benda lainnya dilakukan oleh keluarga keturunan  Kerajaan Talaga lainnya. Mereka yang bertugas untuk mencucikan benda-benda pusaka ini, untuk kaum pria mengunakan baju kampret hitam dan ikat kepala, sedangkan untuk kaum wanita menggunakan kebaya. Air hasil pencucian benda-benda pusaka biasanya diperebutkan oleh warga yang menyaksikan tradisi Nyiramkeun. 
Patung Radeng Panglurah yang sedang dimandikan.
Patung Radeng Panglurah yang sedang dimandikan.
Genta (lonceng) dan uang  logam kuno yang sedang dicuci
Genta (lonceng) dan uang logam kuno yang sedang dicuci
Gong dan Goang renteng yang sedang dicuci
Gong dan Goang renteng yang sedang dicuci
Pusaka berupa senjata tombak dan meriam kecil yang sedang dicuci
Pusaka berupa senjata tombak dan meriam kecil yang sedang dicuci
Kendi pusaka yang ikut dicuci
Kendi pusaka yang ikut dicuci
Pusaka-pusaka yang sudah selesai di cuci
Masyarakat yang berebut mendapatkan air bekas mencuci pusaka
Masyarakat yang berebut mendapatkan air bekas mencuci pusaka
2012-12-31 11.03.11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar